Namun dalam hal kebijakan moneter di negara kita itu berlaku sebaliknya dimana dalam hal penerapan penggunaan uang/alat tukar yang seharusnya memiliki nilai yaitu nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). nah inilah sebenarnya akar permasalahannya. sehingga rakyat indonesia geram dan cemas dengan istilah INFLASI (Menurunnya nilai uang) dimana daya beli akan alat tukarnya setiap hari menurun.
Misalnya : saya seorang buruh bekerja keras tiap harinya..., sebulan kemudian saya di gaji 1,5 jt, saya menyisihkan 200rb tiap bulannya untuk ditabung dan berharap suatu saat nanti mampu membeli 2 ekor sapi seharga 20jt, jadi butuh waktu 100bln (sekitar 8thn 4 bln).
namun karena tingkat inflasi mencapai 25% tiap tahunnya maka pada saat 8 thn kemudian harga 2 ekor sapi sudah mencapai sekitar 40 jt rupiah.
Pertanyaannya....
1) Kemana daya beli alat tukar (uang) saya,???
2) Mengapa yang seharusnya sudah cukup jerih dan upaya saya menabung selama 100 bln untuk membeli 2 ekor sapi , namun kenyataannya blum cukup bahkan hanya bisa membeli 1 ekor sapi ? ...
3) Kemana nilai uang saya untuk 1 ekornya lagi?
4) Siapa yang merampok uang saya yang bernilai satu ekor sapi???
5) jikalau saya mau menuntut kepada negara, apakah negara dalam hal ini pemerintah dan BI mau bertanggung jawab terhadap jerih upayah saya selama 100 bulan tersebut???
Nah inilah kelemahan sistem uang kertas yang rapuh, tidak menghargai jerih payah orang, amat sangat zalim dan amat sangat tidak adil akibat makin menurunnya nilai tukar dari hasil jerih payahnya dari waktu ke waktu.
6) Apakah kebijakan ini bertentangan dengan pancasila dan UUD,,.???
7) Apakah kebijakan ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam ???.
